Meniti Kehidupan
30 Oktober 1987
Teluk Kijing, Sumsel
Universitas PGRI Palembang, Sumsel
Guru Matematika SMAN 4 Lais, Penulis
Islam
+62821 80027962
@otonimra
(Arminoto Armin)
@otonimra
(وتوا ارمين)
+62821 80027962
@arminotoarmin
Arminoto Armin
Arminoto
|
Saya mulai
masuk sekolah di SD Negeri 2 Teluk Kijing pada tahun 1994. Itu merupakan
sekolah pertama saya. Kala itu umur saya enam tahun sembilan bulan. Dan
lulus dari SD pada tahun 2000. Setelah saya lulus SD, saya melanjutkan sekolah
di SMP Negeri 8 Sekayu (sekarang SMPN 1 Lais). Tiga tahun kemudian saya
lulus dari bangku SMP pada tahun 2003. Dan setahun kemudian melanjutkan sekolah
lagi ke SMA Negeri 1 Lais. Tepatnya di tahun 2004 karena saya sempat tidak
melanjutkan sekolah selama satu tahun dikarenakan harus menunggu proses
pembangunan gedung SMA di desa saya selesai dibangun. Waktu itu di desa saya
belum ada SMA, jika lulus SMP dan ingin melanjutkan ke SMA mesti harus sekolah
keluar desa yang jaraknya sangat jauh. Kala itu saya tidak diperbolehkan
melanjutkan sekolah jauh dari kedua orangtua. Mau tidak mau saya harus menunda
pendidikan saya sampai gedung SMA di desa saya selesai dibangun.
Pada bulan Juli 2004 akhirnya SMAN 1
Lais menerima peserta didik baru, kemudian saya langsung daftar sendiri ke
panitia penerima peserta didik baru tersebut tanpa didampingi oleh orangtua
karena saya berusaha untuk mandiri tanpa menyusahkan orangtua. Selama kurang
lebih tiga tahun di SMA ini saya mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan sekolah
diantaranya, ekstrakurikuler Pramuka, aktif dalam kegiatan Rokhis juga
diberikan amanah oleh ustadz/dza menjadi bendahara keuangan Rokhis Ikhwan. Dan
juga aktif dalam organisasi OSIS. Bahkan saya sempat menjabat sebagai wakil
ketua OSIS di sekolah. Alhamdulillah, di SMA boleh dikatakan prestasi saya
lumayan bagus, ada beberapa perlombaan yang saya ikuti diantaranya lomba siswa
berprestasi tingkat kabupaten juara Ranerup 1 dan diberikan uang saku sebesar
Rp. 850.000,- kala itu nominal tersebut lumayan besar. Selain itu, saya juga
ikut kegiatan karya tulis master esai bulan bahasa ditingkat kabupaten.
Di SMA saya harus bersaing ketat dengan
teman-teman lain yang juga banyak yang berprestasi, apalagi saya masuk di
program studi kelas IPA. Saingannya sangat berat. Mulai dari sini, saya harus
lebih bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena saya tidak ingin
mengecewakan pihak yang selama ini selalu bekerja keras memperjuangkan saya,
terutama ayah dan ibu. Di tahun 2007 saya menyelesaikan pendidikan SMA dan
dinyatakan lulus. Diangkatan saya tersebut ada lima teman saya yang tidak
lulus, padahal mereka bisa dibilang siswa yang aktif dan berprestasi di kelas
masing-masing. Sungguh diluar dugaan dan saya maupun yang lainnya sangat
terkejut. Apalagi angkatan saya adalah merupakan alumnus pertama dan pelopor
bagi adik-adik kelas di SMAN 1 Lais. Setelah lulus dari SMA saya belum
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi karena ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan,
apalagi orangtua sudah tidak lagi bekerja menjadi buruh bangunan. Saya tidak
ingin memaksakan diri kepada kedua orangtua akan hal tersebut, setelah saya
dinyatakan lulus dari SMA saya ketempat saudara ibu saya untuk liburan sembari
menunggu ijazah dan nilai UN keluar. Beberapa bulan tinggal di rumah saudara
ibu, saya ditawarkan bekerja di SMP disana. Saya punya tekad untuk melanjutkan
dibangku kuliah, maka saya harus kerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan uang
biaya kuliah nanti karena untuk masuk ke perguruan tinggi biayanya sangatlah
mahal.
Dua
tahun kemudian, setelah uang untuk biaya kuliah sudah dirasa cukup pada tahun
2009 saya mendaftar ke Universitas PGRI Palembang. Kenapa saya pilih perguruan
tinggi tersebut, sebab sesuai namanya Persatuan Guru Republik Indonesia yang
berarti perguruan tinggi yang mencetak calon guru generasi pendidik mendatang.
Selain karena alasan tersebut saya memilih perguruan tinggi ini dikarenakan ada
kelas reguler B, di kelas ini khusus untuk para mahasiswa yang bekerja. Jadi,
kuliahnya hanya dilaksanakan dihari sabtu dan minggu saja. Walaupun jadwal
kuliahnya hanya sabtu dan minggu, tapi proses perkuliahannya menjadi padat
dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai jam 21.30 WIB untuk hari sabtu dan dihari
minggu masuk pada pukul 07.30 WIB sampai 14.00 WIB. Suka duka mengenyam
pendidikan dibangku kuliah begitu terasa ketika disemester terakhir, dimana
pada masa ini waktu, tenaga, materi dan pikiran sangat terkuras. Sebab mulai dari
penyusunan proposal, skripsi, yudisium dan wisuda harus terfokus demi
mendapatkan gelar yang diimpikan selama ini.
Empat tahun masa-masa perjuangan
dibangku kuliah telah berlalu, akhirnya pada 26 Desember 2013 saya di wisuda
gelar Sarjana Pendidikan Matematika pun sudah saya raih. Selepas itu tanggung
jawab yang saya emban dalam mempraktikkan ilmu yang telah saya peroleh harus
saya terapkan dalam pekerjaan saya yaitu, menjadi seorang guru matematika yang
sudah memiliki ijazah sarjana pendidikan yang sah dan sesuai dengan bidang mata
pelajaran yang saya ajarkan selama menjadi honorer sejak tahun 2007. Saya
merasa lebih memiliki tanggung jawab yang besar didunia pendidikan semenjak menjadi
tenaga pendidik. Dan sayapun merasa menikmati hari-hari mendidik anak-anak di
sekolah, meskipun dulu ketika masih SD tidak terbesit keinginan saya
bercita-cita menjadi seorang guru karena kala itu saya melihat guru olahraga
saya ketika mengajar selalu diperolok-olok oleh teman-teman saya yang bandel.
Melihat hal demikian saya tidak terima dan kesal atas kelakuan teman-teman saya
tersebut, hati saya pun bergumam “saya nanti tidak mau menjadi seorang guru”.
Namun, takdir berkata lain justeru Allah telah merencanakan hal yang diluar
dugaan. Padahal saya sangat berkeinginan sekali menjadi seorang penulis dan
pengarang buku yang profesional. Boleh dikatakan saya sangat suka sekali
membaca buku-buku baik buku tentang sejarah, dongeng, cerpen, cerbung, komik,
cerita nabi dan rasul, maupun buku cerita biografi tokoh-tokoh terkenal.
Diantara tokoh-tokoh terkenal tersebut
yaitu, Sukarno, Suharto, B.J. Habibi dan banyak lagi yang lainnya. Dulu sebelum
ada media sosial seperti sekarang, yang paling dominan untuk mencari tahu
informasi selain buku adalah koran. Banyak tokoh-tokoh yang terkenal sering
dimuat dilaman terbitan koran-koran yang beredar. Kini saya sudah terjun
kedunia pendidikan, mau tidak mau saya harus menekuninya dan pantang bagi saya
untuk setengah hati dalam penerapannya. Bagi saya Guru adalah figur inspirator
dan motivator peserta didik dalam mengukir masa depan mereka. Jika guru mampu
menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan
menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya dimasa depan.
AKTOR UTAMA
Dalam hal ini,
guru adalah aktor utama disamping orangtua dan elemen lainnya kesuksesan
pendidikan yang dicanangkan. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong
dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi
misi, dan kekuatan finansial, sepanjang gurunya pasif dan stagnan, maka
kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam. Guru memiliki peranan, tugas
dan tanggungjawab terhadap peserta didiknya. Peran guru tidak akan bisa
digantikan sekalipun dengan mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut
pembinaan sifat mental manusia yang menyangkut aspek-aspek yang bersifat
manusiawi yang unik dalam arti berbeda satu dengan yang lainnya.
Ketika mengajar, akan dihadapkan dengan
berbagai tipe peserta didik yang berbeda sehingga setiap peserta didik tidak
bisa diperlakukan dengan metode yang sama. Ada saja metode yang biasanya
efektif digunakan, tidak berjalan baik dengan peserta didik tertentu sehingga
guru berasumsi bahwa kesalahan ada di sisi peserta didik dan menilai mereka
tidak bisa belajar. Seorang guru harus memberi tahu, mengarahkan, dan
membimbing peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Guru memiliki tugas yang berat, namun
mulia. Pada dirinya tertumpu beban dan tanggung jawab untuk menyiapkan masa
depan lebih baik. Guru berfungsi sebagai jembatan bagi para peserta didik untuk
melintas menuju masa depan mereka. Bergantung pada jembatan tersebut, ke masa
depan manakah peserta didik tersebut dibawa. Dari tiga penggalan masa (masa
lalu, masa kini, dan masa depan), masa depanlah yang menjadi tujuan dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya masa lalu dan masa kini. Tugas guru adalah
mentransformasi generasi penerus demi masa depannya yang lebih baik, lebih
berbudaya, sekaligus membangun peradaban. Ini adalah tugas yang sangat mulia.
Dengan demikian, secara hakiki guru adalah mulia. Menjadi guru menjadi mulia,
bahkan kemuliaannya tanpa memerlukan atribut aksesorial.
Memuliakan profesi yang mulia (guru)
adalah kemuliaan dan hanya orang-orang mulia yang tahu bagaimana memuliakan dan
menghargai kemuliaan. Sayyidina Ali RA bahkan pernah menyampaikan, “Saya
menjadi hamba (menghormati dan memuliakan) bagi orang yang mengajarkan kepada
saya meskipun hanya satu huruf”. Bertanggung jawab terhadap pembentukan masa
depan menunjukkan bahwa guru berbeda dengan profesi lain. Sebab, pendidikan
adalah proses yang tidak bisa dibalik (irreversible process). Dampaknya yang masif
pada masa yang mendatang mengharuskan profesionalitas guru untuk dijaga, terus
ditingkatkan dengan hati-hati. Orang yang tidak berpendidikan menyelesaikan
masalah dengan kontribusi pengalaman hidup dan naluri. Namun, berbeda dengan
orang yang berpendidikan akan mengatasi masalah dengan alat yang lebih lengkap,
yaitu dengan pengalaman-pengalaman hidup, naluri, dan juga ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan inilah yang menjadi
pembeda. Ilmu pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan pendidikan, bukan jenis pendidikan
itu. Disinilah peran seorang guru menjadi sangat vital. Guru yang membantu
sebagai fasilitator, sebagai orang yang wajib dapat menjawab apa saja yang
ditanyakan oleh anak didiknya dan sebisa mungkin menjadi orangtua untuk anak
didiknya. Sepanjang perjalanan waktu, peran vital guru mulai terkikis. Terkikis
secara bertahap sekali, seakan tidak terjadi apa yang belum dibalik itu, bisa
dilihat keterkikisan itu dengan jelas. Bandingkan antara sekarang dengan masa
lalu, lima hingga sepuluh tahun yang lalu. Anak jaman dulu memiliki pondasi
agama dan kehidupan tidak hanya dalam batas kompetensi dalam kurikulum sekolah
saja. Namun lebih dari itu, pendidikan tentang kehidupan juga dilakukan setiap
kesempatan. Seorang guru tidak hanya membahas perhitungan, hafalan, logis,
logika, dan rasio berpikir untuk menyelesaikan soal saja, lebih dari itu guru
menggunakan hal-hal untuk meminta lebih memahami hakekat kehidupan dan
membangun pondasi spiritual anak didik. Tak jarang dulu kompilasi mengajar,
seorang guru senior bercerita tentang kehidupan, dengan contoh teladan yang
dengan pintar dipilihkan, dibumbui pengetahuan ilmiah, yang membawa pada
pemahaman pada hakikat bertakwa pada Allah SWT dan menggunakan ilmu pengetahuan
untuk tujuan amar ma’ruf nahi munkar.
Hal inilah yang menyebabkan rata-rata
anak jaman dulu memiliki pemahaman agama, serta rasa peka terhadap lingkungan
yang baik. Terkait pada jaman dulu, sangat jarang didengar ada anak yang
menantang pada orangtua ataupun pada guru, memberandal, suka mengeluarkan
kata-kata kotor, dan melakukan perbuatan buruk lainnya yang sekarang telah
menjadi pemandangan yang biasa ditemukan. Realita yang ada didepan mata
sekarang, anak didik masa kini, masa mana saja dapat diperoleh dengan mudah dan
cepat, hal yang bisa membuat menjadi lebih bersyukur dan arif. Namun demikian,
suatu fenomena yang dengan cepat menggerus nilai-nilai dan norma yang telah
lama dibangun oleh bangsa ini. Arus globalisasi menjalar begitu cepat, memasuki
setiap sendi kehidupan, memberi manfaat sekaligus membawa racun bagi
masyarakat. Kehilangan norma menyebabkan banyak orang yang kehilangan arah,
hanya mengubah tren saja. Dan parahnya, anak didiklah yang paling dekat dengan
ancaman demoralisasi akibat arus globalisasi. Dalam kondisi seperti ini, perlu adanya
sosok yang memiliki kharisma, wibawa, serta kekuatan untuk “menundukkan”. Dan
yang paling berpengaruh akan hal tersebut adalah adanya seorang guru. Kenapa
guru? mungkin pertanyaan itu akan muncul di benak. Guru adalah katalisator
ilmu. Seperti pada reaksi kimia, katalisator memegang peranan dalam kecepatan
reaksi. Katalis tidak akan berubah bentuk selama reaksi, namun efeknya sangat
terlihat pada hasil reaksi. Setiap anak didik pastinya memiliki kemampuan untuk
belajar, yang menjadi pembeda adalah waktu yang dibutuhkan setiap anak didik
untuk mempertanyakan dan memecahkannya. Disini guru mengambil peran katalis
tersebut.
Guru mengarahkan anak didik untuk
memecahkan lebih cepat suatu masalah, dan kemudian mencari solusiya. Disini
guru sudah menunjukkan dia adalah orang yang berilmu, melebihi ilmu yang
dikuasai oleh anak didik. Dari sini rasa hormat dari anak didik akan muncul.
KENAPA MATEMATIKA ?
Kata “Matematika” berasal dari bahasa
Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”.
Matematika juga diartikan sebagai “suka belajar”. Disiplin utama dalam
matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran
tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan ini secara
umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: studi tentang
struktur, ruang dan perubahan. Pelajaran tentang struktur dimulai dengan
bilangan, pertama dan yang sangat umum adalah bilangan asli dan bilangan bulat
dan operasi aritmatikanya, yang semuanya itu dijabarkan dalam aljabar dasar.
Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori bilangan.
Investigasi metode-metode untuk memecahkan persamaan matematika dipelajari
dalam aljabar abstrak, yang antara lain, mempelajari tentang ring dan field, struktur
yang menggeneralisasi sifat-sifat yang umumnya dimiliki bilangan. Konsep
vektor, digeneralisasi menjadi vektor ruang dipelajari dalam aljabar linier,
yang termasuk dalam dua cabang: struktur dan ruang.
Dari Jaman kuno melalui Jaman Pertengahan,
ledakan kreativitas matematika seringkali diikuti oleh abad-abad kemandekan. Matematika
sejak saat itu segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara
matematika dan sains, menguntungkan kedua belah pihak.
Filsafat matematika adalah cabang dari
filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan
dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk
memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan
matematika di dalam kehidupan manusia. Filsafat dan Matematika sudah tidak
diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang pengetahuan ini
sangat erat hubungannya.
Dari bukti yang didapat terbantahlah
pendapat bahwa filsafat merupakan ayah atau ibu dari matematika adalah salah.
Matematika itu tidak pernah lahir dari filsafat melainkan berkembang
bersama-sama dengan saling memberikan persoalan-persoalan sebagai bahan untuk
masuk dan umpan balik.
Matematika adalah cara/metode berpikir
dan bernalar. Matematika merupakan cara berpikir yang digunakan untuk
memecahkan semua jenis persoalan. Matematika bila ditinjau dari segi
epistemology ilmu bukanlah ilmu. Ia lebih merupakan artificial yang
bersifat eksak, cermat dan terbebas dari rona emosi. Matematika adalah logika
yang telah berkembang, yang memberikan sifat kuantitatif kepada pengetahuan
keilmuan. Matematika merupakan sarana berfikir deduktif yang amat berguna untuk
membangun teori keilmuan dan menurunkan prediksi-prediksi daripadanya, dan
untuk mengkomunikasikan hasil-hasil kegiatan keilmuan dengan benar dan jelas
dan secara singkat dan jelas. Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika mempunyai “artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya.
- Filsafat
matematika dapat dilukiskan sebagai suatu sudut pandang dimana bagian dan
kepingan matematika dapat disusun dan dipersatukan berdasarkan asas.
- Suatu
filsafat matematika itu sama dengan penyusunan kumpulan pengetahuan
matematika yang kacau balau yag terhimpun selama berabad-abad diberi suatu
makna tertentu.
- Penelaahan
konsep-konsep pembenaran terhadap asas-asas yang digunakan dalam matematika.
- Penelaahan
tentang konsep-konsep dan sistem-sistem yang terdapat dalam matematika,
dan mengenai pembenaran terhadap pernyataan matematika.
ILMU DAN MATEMATIKA
Ilmu
berasal dari bahasa Arab: ‘alima,
ya‘lamu, ‘ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam
bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin scientia (pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu.
Ada orang yang menamakannya ilmu, ada yang
menamakannya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang menyebutnya saint. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha
untuk melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science
yang asalnya dari bahasa Inggris.
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang
dibaca dalam pustaka menunjukkan pada sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan,
aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, Ilmu
senantiasa berarti pengetahuan. Diantara fara filsuf dari berbagai aliran
terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari
pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah.
Pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk
dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan demikian dapatlah
dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai aktivitas ( atau suatu
proses yakni serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh manusia). Menurut Prof. Harold H Titus,
banyak orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna
memperoleh pengetahuan yang objective dan dapat diperiksa kebenarannya.
Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau
metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan.
Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada
secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu
harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan aktivitas itu menghasilkan
pengetahuan yang sistematis.
Matematika dikenal dengan ilmu
deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif.
Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif),
tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu
pemikiran pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan
contoh-contoh khusus atau ilustrasi geometris.
Perlu pula diketahui bahwa baik isi
maupun metode mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu
pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu pengetahuan umum. Metode mencari
kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh
ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen. Namun dalam
matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi
seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan
secara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil
itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh, dalam ilmu biologi berdasarkan pada pengamatan, dari beberapa
binatang menyusui ternyata selalu melahirkan. Sehingga kita bisa membuat
generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah melahirkan.
Generalisasi yang dibenarkan dalam
matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif.
Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut: andaikan m dan n sembarang
dua bilangan bulat maka 2m+
1 dan 2n+1
tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan (2m+1) + (2n+1) = 2(m+n+1). Karena
m dan n bilangan bulat maka (m+n+1)
bilangan bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah
bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu genap. Menurut Ruseffendi
(Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang
struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai dari unsur-unsur yang tidak
terdefinisikan kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan
akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana
sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dalam matematika terdapat topik atau
konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya.
Ibaratmembangun rumah, maka fondasi harus kokoh. Contohnya konsep bilangan
genap. Bilangan genap adalah bilangan bulat yang habis dibagi dua. Sebelum
membahas bilangan genap, siswa harus memahami dulu konsep bilangan bulat dan
pengertian habis dibagi dua sebagai konsep prasyarat.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi
itu selanjutnya dapat dibentuk unsur-unsur matematika yang terdefinisi.
Misalnya segitiga adalah lengkungan tertutup sederhana yang merupakan gabungan
dari tiga buah segmen garis.
Dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsur-unsur yang terdefinisi
dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat.
Misalnya: melalui sebuah titik sembarang
hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu
titik yang lain.
Tahap selanjutnya dari unsur-unsur yang
tidak terdefinisi, unsur-unsur yang terdefinisi, dan aksioma atau postulat
dapat disusun teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan secara
deduktif dan berlaku umum. Misalnya: jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah
segitiga adalah 180 derajat. Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu
dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain dan pada
perkembangannya tidak tergantung pada ilmu lain. Dengan kata lain, banyak
ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai
contoh: banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia yang
ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus. Teori mendel pada Biologi
melalui konsep pada probabilitas. Teori ekonomi melalui konsep fungsi dan
sebagainya.
Dari kedudukan matematika sebagai ratu
ilmu pengetahuan, matemaika selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri
juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan lainnya dalam pengembangan dan
operasinya. Cabang matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang disebutkan
terakhir itu dinamakan dengan matematika terapan (Applied
Mathematic).
Matematika sangat penting bagi
keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam mengekspresikan model
ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat
hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang
matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan
statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai penerapannya,
bahkan bidang ilmu “murni” seperti teori bilangan dan topologi. Tanpa
matematika maka pengetahuan akan berhenti
pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan
penalaran lebih jauh. Oleh karena maka dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa
matematika tidak berkembang.
Beberapa orang pemikir memandang
matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian
matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak menganggap
matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada
teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya
matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan
alam semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.
ALIRAN
FILSAFAT MATEMATIKA
Bidang pengetahuan yang disebut filsafat
matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika
itu sendiri. Pemikiran dan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh. Di dalam
sebuah kamus psikologi pemikiran reflektif sepadan dengan pemikiran logis yaitu
aktivita budi manusia yang diarahkan sesuai dengan kaidah logika. Filsafat
bersifat reflektif. Budi yang berfilsafat tidaklah semata-mata berpikir tentang
suatu objek, budi itu senantiasa berpikir juga tentang pemikirannya sendiri
mengenai obyek itu.
Beberapa aliran dalam filsafat
matematika
-
Pelopornya : Immanuel Kant
(1724 – 1804)
-
Berpendapat bahwa matematika merupakan
cara logis (logistik) yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa
mempelajari dunia empiris.
-
Matematika murni merupakan cabang dari
logika, konsep matematika dapat di reduksikan menjadi konsep logika.
-
Pelopornya : Jan Brouwer
(1881 – 1966)
Berpendapat
bahwa matematika itu bersifat intusionis
-
Intuisi murni dari berhitung merupakan
titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat
dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung dan menghitung.
-
Pelopornya : David
Hilbert (1862 – 1943)
Berpendapat
bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambang.
Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai bahasa
lambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa
lambang.
-
Kaum Formalis membantah aliran logistik
dan menyatakan bahwa masalah-masalah dalam logika sama sekali tidak ada
hubungan dengan matematika
Di antara para ahli matematika dan para
filsuf tidak tampak kesatuan pendapat mengenai apa itu filsafat matematika.
Dapat diambil contoh dalam perumusan dari 2 buku matematika dan 2 kamus
filsafat yang berikut:
Landasan matematika kadang-kadang
disamakan pengertiannya dengan filsafat matematika. Tetapi sesungguhya landasan
matematika merupakan bidang pengetahuan yang lebih sempit daripada filsafat
matematika. Landasan matematika khususnya bersangkut paut dengan konsep-konsep
dan asas-asas fundamental yang diguakan dalam matematika. Dari konsep pokok dan
prinsif dasar landasan matematika memberuskan penelaahannya sehingga sampai
pada sifat alami dari matematika dan bahkan juga tentang metode matematika.
Dengan adanya perluasan pokok soal dan permasalahan yang ditelaah itu dapatlah
dimengerti bilamana landasan matematika seolah-olah identik dengan filsafat
matematika. Tetapi telah dinyatakan bahwa landasan matematika kalah luas dengan
filsafat matematika. Dalam abad 21 ini studi mengenai sifat alami dari
matematika yang terkenal dengan nama logisisme, formalisme, dan intuitionisme.
Mazhab logisisme dipelopori oleh Bertrand Arthur William Russell
dari Inggris. Dalam 1903 terbitlah buku beliau yang berjudul “The Principles of Mathematics” yang
berpegang pada pendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas
deduksi-deduksi dengan prisif-prinsif logika. Menurutnya logika telah mejadi
lebih bersifat matematis dan matematika sehingga lebih logis. Akibatnya ialah
bahwa kini menjadi sepenuhnya tak mungkin untuk menarik suatu garis diantara
keduanya. Sesungguhnya kedua hal itu adalah satu. Mereka berbeda seperti anak
dan orang dewasa. Logika merupakan masa muda dari matematika dan matematika
merupakan masa dewasa dari logika.
Mazhab landasan matematik formalisme
dipelopori oleh ahli matematika besar dari jerman David Hilbert. Menurut mazhab
ini sifat alami dari matematika ialah sebagai sistem lambang yang formal.
Matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dari simbol-simbol dan
proses pengolahan terhadap lambang-lambang itu. Simbol-simbol dianggap sebagai
sasaran yang menjadi objek matematika. Bilangan- bilangan misalnya dipandang
sebagai sifat-sifat struktural yang paling sederhana dari benda-benda. Dengan
simbolisme abstrak yag dilepaskan dari sesuatu arti tertentu dan hanya
menunjukan bentuknya saja mazhab formalisme berusaha menyelidiki struktur dari
berbagai sistem. Berdasarkan landasan pemikiran itu seorang pendukung mazhab
tersebut merumuskan matematika ilmu tentang sistem-sistem formal.
Matematika merupakan pengetahuan yang
bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari
pancaindera adalah pendapat dari Immanuel
kant. Akhir-akhir ini filsafat kant
tentang matematika ini mendapat momentum baru dalam aliran yang disebut
intuisionis dengan eksponen utamanya adalah seorang ahli matematika berkebangsaan
belanda bernama Jan
Brouwer (1881-1966). Namun dalam aliran ke
tiga yang dipelopori oleh David
Hilbert (1862-1943) terkenal dengan sebutan
kaum formalis. Tesis utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni
merupakan cabang dari logika. Kaum formalis menolak anggapan kaum logistik ini
yang menyatakan bahwa konsep matematika dapat direduksikan menjadi konsep
logika. Mereka berpendapat bahwa banyak masalah-masalah dalam bidang logika
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan matematika. Bagi kaum formalis
matematika adalah pengetahuan tentang struktur formal dari lambang. Pengetahuan
kita tentang bilangan merupakan pengertian rasional yang bersifat apriori yang
kita pahami lewat mata penalaran yang memandang jauh kedalam struktur hakikat
bilangan.namun kaum intuisionis menentang lewat Brouwer
bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika
bilangan. Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan
intuitif dalam berhitung dan menghitung.
Berlawanan dengan mazhab formalisme
berkembanglah mazhab landasan matematik intuitionisme yang dipelopori oleh ahli
matematika Belanda Luitzen
Egbertus Jan Brouwer. Beliau berpendirian bahwa matematika
adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan
dalil-dalil matematika terletak dalam akal manusia dan tidak pada simbol-simbol
diatas kertas sebagaimana diyakini oleh mazhab formalisme. Dalam pemikiran
mazhab intuitionisme matematika berlandaskan suatu ilham dasar mengenai
kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang tak terbatas. Ilham ini
pada hakekatnya merupakan suatu aktivitas berpikir yang tak tergantung pada
pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolisme, serta bersifat obyektif.
Kiranya dari pembahasan di atas. Nampak
jelas bahwa tidak satupun dari ketiga aliran dalam filsafat matematika ini sepenuhnya
berhasil dalam usahanya. Walaupun demikian perbedaan pandangan ini tidak
melemahkan perkembangan matematika malah justeru sebaliknya dimana satu aliran
memberi inspirasi kepada aliran-aliran lainnya dalam titik-titik pertemuan yang
disebut Black sebagai kompromi yang bersifat elektik. Kaum logistik mempergunakan
sistem simbol yang diperkembangkan oleh kaum formalis dalam kegiatan
analisisnya. Kaum intuisionis memberikan titik tolak dalam mempelajari
matematika dalam perspektif kebudayaan suatu masyarakat tertentu yang
memungkinkan diperkembangkannya filsafat pendidikan matematika yang sesuai.
Ketiga pendekatan landasan matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing,
memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berpikir deduktif.
Istilah landasan dalam bidang keilmuan
mempunyai makna-makna berlainan. Oleh karena itu untuk kejelasan maknanya
kadang-kadang dibubuhi cirinya yang dimaksud. Dalam kaitannya dengan matematika
orang menegaskannya dengan istilah “logical
foundations of mathematics” (landasan logis matematika). Istilah
landasan logis matematika dapat disamakan dengan landasan filsafati seperti
misalnya dilakukan oleh filsuf Rudolf
Carnap (1891-1970). Dengan landasan logis
atau filsafati itu para ahli suatu bidang ilmu disadarkan terhadap kemungkinan
keterbatasan dan kesalahan dari pikiran-pikian yang dipergunakannya sebagai
pangkal dari ilmunya.
Phytagoras
percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya
sebagai unsur semua benda. Pandangan Phytagoras
mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka,
maka hal ini tidak saja berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan
diukur dengan angka dalam hubungan yang teratur, melainkan berkat angka-angka
itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib
terjadi melalui angka-angka.
Salah satu peninggalan Phytagoras yang
terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa
dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari
kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini
telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini
dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan
ini secara matematis.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya
bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa
bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya
keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika muridnya Hippasus menemukan
bahwa hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi siku-siku
masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras memutuskan untuk menghilangkannya
karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus.
Alam semesta diatur secara terukur
(phytagoras), hal yang mengagumkan dari alam adalah disiplinnya yang patuh
mengikuti hukum-hukum matematis. Misalnya saja bumi mengelilingi matahari
selama 365 hari, bulan mengelilingi bumi selama 30 hari, bumi berotasi pada sumbunya
selama 24 jam setiap harinya. Angka-angka ini tidak pernah berubah seenak hati
bulan dan bumi semuanya teratur mengikuti ukuran yang telah ditentukan dan
kesadaran akan keteraturan inilah yang merupakan hakekat mengapa perlu belajar
matematika. Matematika itu bukan hanya menyampaikan informasi secara jelas
namun juga singkat.
PEMIKIRAN
DALAM MATEMATIKA
Pembelajaran
matematika merupakan pengembangan pikiran yang rasional bagaimana kita dapat
merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari alasan tersebut penulis
tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional peserta didik
terhadap prestasi hasil belajar matematika. Matematika dalam pengembangan SDM. Secara
umum, matematika juga berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Secara
lebih umum, untuk mengoptimalkan SDM perlu adanya manajemen sumber daya
manusia. Setelah disadari bahwa sumber daya manusia perlu dikaji faktor apa
saja dari sumber daya manusia tersebut yang perlu ditingkatkan. Dalam model
awal pada kajian tersebut, karakter yang memegang peran pada SDM diprioritaskan
antara lain: cerdas (c), tanggap/responsif (r), cermat/teliti (l) dan taat
SOP/disiplin (d).
Nampak bahwa karakter sumber daya
manusia, misalnya teliti, akan berhubungan dengan cerdas, taat melakukan
prosedur perhitungan, dengan diulang-ulang sebanyak iterasi tertentu,
tergantung dari proses penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Hal ini
menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor yang ada pada sumber daya manusia
masih saling berpengaruh antar yang satu dengan yang lain. Jika pengaruh ini
signifikan maka ada kemungkinan model yang dipakai bukan lagi linier. Jadi,
bisa disimpulkan bahwa model pengembangan sumber daya manusia dapat berbentuk
regresi linier berganda yang akan ditentukan oleh koefisien dari masing-masing
faktor yang berupa karakter yang bersangkutan. Makin banyak jenis data yang
terkumpul akan diperoleh model yang semakin halus, iterasi yang lebih tinggi. Pendidikan
matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik kognitif, afektif, dan
kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan yang membutuhkan
suatu cara untuk melakukannya membutuhkan penalaran yang melibatkan ilmu
matematika. Karena memang ilmu matematika tumbuh dan berkembang berdasarkan
kebutuhan manusia dalam mengahadapi persoalan hidup. Oleh karena itu
permasalahan yang dihadapi dapat dibedakan menjadi masalah yang berhubungan
dengan masalah translasi, masalah aplikasi, masalah proses, dan masalah
teka-teki.
Masalah
translasi
Masalah translasi merupakan masalah
kehidupan sehari-hari yang untuk menyelesaikannya perlu adanya translasi
(perpindahan) dari bentuk verbal ke bentuk matematika. Dalam memindahkan bentuk
verbal (kata/kalimat) ke bentuk/model matematika membutuhkan kemampuan
menafsirkan atau menterjemahkan kata atau kalimat biasa ke dalam simbol-simbol
matematika yang selanjutnya dicari cara penyelesaiannya berdasarkan aturan yang
berlaku. Dalam memindahkan bentuk verbal ke model matematika ada yang bersifat
sederhana dan ada yang kompleks. Sederhana atau tidaknya tergantung dari
informasi (data) yang ada, konsep matematika yang ada, dan banyaknya operasi
hitung yang digunakan. Contoh berikut adalah bagaimana bentuk verbal diubah
menjadi kaliamat matematika. Contoh memindahkan ke model matematika.
Bangun Ruang : Kubus, Balok, Prisma
Segitiga, Limas, Tabung, Kerucut dan Bola. Pembelajaran fakta dasar perkalian
menggunakan permainan lacak bilangan dan melengkapi tabel perkalian
pembelajaran bentuk-bentuk kurva di sekolah dasar.
Misalkan:
Ani menabung di sekolah setiap harinya
Rp. 500,00. Berapakah jumlah tabungan Ani setelah enam hari?
Pada soal di atas kita harus dapat
memindahkan/mengubah kata (pernyataan) “setiap harinya Rp 500,00 dan jumlah
setelah enam hari”. Model matematika adalah : 500 + 500 + 500 + 500 + 500 + 500
atau diubah dalam kalimat perkalian 6 x 500 = 6 x 5 x (100) = 30 x 100 = 3.000
Kesimpulan yang dapat dibuat dalam
menjawab soal tersebut adalah: “Jika Ani menabung setiap harinya Rp 500,00,
maka setelah enam hari jumlah tabungan Ani menjadi Rp 3.000,00
Dalam satu bulan tabungan Ani sudah
berjumlah Rp 35.000,00, karena ada keperluan untuk beli buku tabungan tersebut
diambil sebesar Rp 20.000,00. Berapakah sisa tabungan Ani sekarang?
Kata kunci dalam soal tersebut adalah
“berjumlah Rp 35.000,00 dan diambil sebesar Rp 20.000,00”. Kata “diambil”
diartikan sebagai pengurangan, sehingga model matematika menjadi: 35000 – 20000
= ....
Masalah Translasi Kompleks
Misalkan:
Sebidang tanah berbentuk persegi
panjang yang mempunyai panjang dua kali lebarnya dan kelilingnya 1.500 m. Tanah
tersebut ditanami kacang tanah yang masing-masing kacang tanah berjarak satu
sama lain 10 cm. Pada perbatasan tanah tersebut juga ditanami. Bila satu
kilogram kacang tanah tersebut berisi 1.500 butir kacang tanah, berapa kg
kacang tanah yang dibutuhkan untuk menanami sebidang tanah tersebut.
Kompleks atau tidaknya suatu maslah tergantung
pada seberapa banyak informasi matematika yang termuat dalam masalah
sehari-hari tersebut, seberapa banyak konsep matematika yang berbeda yang
diperlukan, seberapa banyak operasi matematika yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Masalah
aplikasi
Masalah Aplikasi merupakan penerapan
berbagai teori/konsep yang dipelajari pada matematika. Sebagai guru perlu
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
bermacam-macam keterampilan dan prosedur matematika. Dengan menyelesaikan
masalah semacam itu siswa dapat menyadari kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya sebagai berikut:
Contoh:
Ida ingin memiliki handphone, uang yang
dimilikinya terbatas, yaitu hanya Rp 1.025.000,00. Maka dari itu ia mensurvei
harga handphone ke berbagai toko dan didapatkan harga sebagai berikut: Di toko
A ditawarkan harga Rp 1.200.000,00 dengan potongan harga 15 %. Di toko B barang
sama ditawarkan Rp 1.300.000,00 dengan potongan harga 20 %. Di toko manakah Ida
harus membeli handphone yang sesuai dengan keadaan uangnya?
Masalah proses
Masalah proses biasanya untuk menyusun
langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.
Masalah semacam ini memberikan kesempatan peserta didik sehingga dalam diri anak
didik terbentuk keterampilan menyelesaikan masalah sehingga dapat membantu peserta
didik menjadi terbiasa menyeleksi masalah dalam berbagai situasi . Dengan
demikian peserta didik terbiasa dengan strategi penyelesaian masalah khusus,
misalnya menyusun tabel, dan akan menggunakan waktu beberapa saat dalam
menyelediki suatu permasalahan sehingga strategi tersebut dapat digunakan untuk
mengembangkan penyelesaikan terhadap permasalahan yang dihadapi. Masalah proses
misalnya:
Pak Ahmad meminjam uang di Koperasi
Simpan Pinjam sebesar Rp. 12.000.000,00. Aturan bunga yang terapkan adalah
bunga berjalan (tidak tetap) sebesar 12 % pertahun. Pak Ahmad akan
mengembalikan selama 2 tahun secara dicicil. Berapakah besar bunga yang diberikan
Pak Ahmad kepada Koperasi tersebut?
Permasalahan
ini dituntut untuk mengetahui rumus yang digunakan (dalam kasus tersebut adalah
rumus Un deret aritmatika), untuk dapat menerapkan rumus harus dicari dulu suku
pertama, suku kedua, dan beda suku pertama dengan suku kedua. Dengan demikian
terlihatlah suatu proses yang agak rumit dalam menyelesaikan masalah
tersebut.
Masalah teka-teki
Masalah teka-teki dimaksudkan untuk
rekreasi dan kesenangan serta sebagai alat yang bermanfaat untuk mencapai
tujuan afektif dalam pengajaran matematika. Masalah teka teki dapat digunakan
untuk pengantar suatu pembelajaran, seperti untuk memusatkan perhatian, untuk
memberikan ganjaran (penguatan) atau mengisi waktu kelas yang sedang tidak ada
pelajaran (waktu luang). Masalah teka-teki itu bervariasi sesuai dengan cabang
matematika , seperti logika, bilangan, kombinatorik, geometri, probabilitas
dll. Dalam masalah teka-teki biasanya tidak rumus atau cara khusus yang
digunakan, akan tetapi apakah teka-teki masuk akal atau tidak.
Contoh:
Disediakan 6 batang korek api .
Bentuklah 4 segitiga sama sisi yang setiap sisi segitiga itu 1 batang korek api
(tidak dipotong-potong). Masukanlah bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
ke dalam kotak-kotak 3 x 3, sedemikian rupa sehingga jumlah bilangan mendatar,
menurun, dan diagonal berjumlah 15. Bagaimanakah caranya agar 18 : 2 = 9
Dengan contoh-contoh permasalahan yang
telah dikemukakan, perlu kita bedakan antara “masalah” dan “soal latihan”.
Apabila kita mengajarkan keterampilan matematika, misalnya menuliskan algoritma
penjumlahan bilangan bulat dan pecahan desimal, maka anak didik berlatih
algoritma dalam bentuk simbol. Kegiatan semacam ini lebih baik dikatakan
mengerjakan latihan soal. Dalam kegiatan menyelesaikan masalah siswa tidak sekedar
mengerjakan algoritma, tetapi mereka menyusun strategi terlebih dahulu sehingga
masalah itu dapat diselesaikan.
Sesuai dengan tujuan diberikannya
matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa matematika sekolah
memegang peranan sangat penting. Anak
didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi
dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat
menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran
matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti fisika,
kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para peserta
didik dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan
berjiwa kreatif.
Sebagai warga negara Indonesia yang
berhak mendapatkan pendidikan seperti yang tertuang dalam UUD 1945, tentunya
harus memiliki pengetahuan umum minimum. Pengetahuan minimum itu diantaranya
adalah matematika. Oleh sebab itu, matematika sekolah sangat berarti baik bagi
para peserta didik yang melanjutkan studi maupun yang tidak.
Bagi mereka yang tidak melanjutkan
studi, matematika dapat digunakan dalam berdagang dan berbelanja, dapat
berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan persentase,
dapat membuat catatan-catatan dengan angka, dan lain-lain. Kalau diperhatikan
pada berbagai media massa, seringkali informasi disajikan dalam bentuk persen,
tabel, bahkan dalam bentuk diagram. Dengan demikian, agar orang dapat
memperoleh informasi yang benar dari apa yang dibacanya itu, mereka harus memiliki
pengetahuan mengenai persen, cara membaca tabel, dan juga diagram. Dalam hal
inilah matematika memberikan peran pentingnya.
Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya
pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka
negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang melek teknologi. Untuk
keperluan ini tentunya mereka perlu belajar matematika sekolah terlebih dahulu
karena matematika memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan
teknologi itu sendiri. Tanpa bantuan matematika tidak mungkin terjadi
perkembangan teknologi seperti sekarang ini.
Namun demikian, matematika dipelajari
bukan untuk keperluan praktis saja, tetapi juga untuk perkembangan matematika
itu sendiri. Jika matematika tidak diajarkan di sekolah maka sangat mungkin
matematika akan punah. Selain itu, sesuai dengan karakteristiknya yang bersifat
hirarkis, untuk mempelajari matematika lebih lanjut harus mempelajari
matematika level sebelumnya. Seseorang yang ingin menjadi ilmuwan dalam bidang
matematika, maka harus belajar dulu matematika mulai dari yang paling dasar.
Jelas bahwa matematika sekolah
mempunyai peranan yang sangat penting baik bagi anak didik supaya punya bekal
pengetahuan dan untuk pembentukan sikap serta pola pikirnya, warga negara pada
umumnya supaya dapat hidup layak, untuk kemajuan negaranya, dan untuk
matematika itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.
Banyak anak didik yang berpikir bahwa
matematika itu tidak sepenuhnya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, karena
setiap mendapatkan materi dari guru anak didik hanya diberikan sebuah rumus dan
cara menggunakannya. Jarang sekali rumus-rumus tersebut dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, sehingga anak didik enggan untuk belajar matematika
dengan sungguh-sungguh.
Salah satu materi yang jarang sekali
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari adalah Logika Matematika. Padahal Logika
Matematika erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Coba perhatikan beberapa
contoh berikut.
Disebuah sekolah menengah atas ada
peraturan yang menyebutkan bahwa siswa putra tidak boleh berambut panjang dan
mewarnai rambut. Jika dilihat sekilas tidak ada yang salah dengan peraturan
tersebut. Tapi jika dilihat dari segi Logika Matematika maka peraturan tersebut
perlu ditinjau lebih lanjut. Kata hubung dan akan bernilai benar jika pernyataan
pertama bernilai benar dan pernyataan kedua juga bernilai benar. Jika kita
lihat peraturan tadi maka siswa laki-laki boleh memanjangkan rambutnya asalkan
tidak mewarnai rambutnya atau mewarnai rambutnya tapi tidak memanjangkan
rambutnya. Seorang siswa laki-laki sedang memberi tahu pacarnya bahwa dia
memiliki pacar selain dirinya. Kemudian pacarnya marah dan mengancam dia.
" Sekarang silahkan kamu pilih saya atau dia". Mendengar ancaman
pacarnya siswa tadi justru hanya tersenyum. Dari ancaman tersebut jika dilihat
dengan Logika Matematika maka siswa laki-laki tersebut bisa mempunyai dua
pacar, karena kata hubung atau bisa bernilai benar jika setidaknya ada satu
pernyataan bernilai benar. Jadi jelas siswa laki-laki senang karena bisa
memiliki dua pacar.
Dari contoh di atas terlihat bahwa
Logika Matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Coba direnungkan
lagi jika menilai matematika itu jauh dari kehidupan sehari.
RAHASIA DAN FILOSOFI
ANGKA 0
Di dunia ini
terdata ada 10 angka yang telah diakui yaitu, 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Tapi di
balik itu semua terdapat sebuah angka yang sangat
istimewa yaitu angka 0. Banyak yang terus memikirkan dan meneliti
angka 0 tetapi masih sulit untuk mengungkap semua rahasia di balik angka 0. Dan
tak jarang pemikiran angka 0 merupakan filosofi tentang hidup. Di sini kita
akan mengungkap seluruh rahasia dan filosofi angka 0.
Keberadaan angka 0. Misalkan angka 0
dijadikan sebagai konstanta dalam apel dan jeruk. Pada keadaan ini sebenarnya
kejadian 0 apel dan 0 jeruk adalah suatu kejadian yang sama yaitu bahwa di atas
meja tidak ada benda yang dimaksud. Jadi pernyataan 0 jeruk = 0 apel. Sehingga
lambang bilangan 0 bersifat lebih netral dibanding bilangan yang lain. Inilah
logika yang tertanam dalam benak kita bahwa lambang bilangan 0 mewakili
sesuatu benda nyata yang tidak ada. Dalam struktur angka, bilangan bulat
terdiri dari {…-3,-2,-1,0,1,2,3…}, jika dilihat semua angka kecuali angka
0 pasti mempunyai nilai (+) dan (-) seperti angka 1 mempunyai nilai (+1) atau
(1) dan (-1), tetapi mengapa angka 0 tidak memiliki tanda (+) dan (-) ? Filosofinya
dari angka 0 ini kita dapat belajar tentang keseimbangan hidup dunia dan
akhirat, tentang sesuatu yang telah terjadi dan yang akan datang, atau
keseimbangan yang lainnya. Jika tanda (-) memiliki arti bahwa sesuatu yang
telah terjadi dengan kehidupan di dunia, kita tidak boleh terlalu jauh menuju
kenegatifan, atau terlalu terfokus apa yang telah terjadi. Tetapi kita juga
perlu menyentuh makna (+), dengan apa saja yang akan kita lakukan yang belum
terjadi serta kehidupan kita setelah mati nanti. Dan yang ingin kita dapatkan
adalah seperti angka 0, yang seimbang di antara kenegatifan dan kepositifan.
Angka
0 dalam penjumlahan dan pengurangan, sebuah bilangan
(positif maupun negatif) jika dijumlah atau dikurang dengan 0 maka nilainya
tidak akan berubah. Dapat dikatakan bahwa kehadiran bilangan 0 pada penjumlahan
dan pengurangan tidak mempunyai peran dan dapat diabaikan. Misalnya 5 + 0 = 5,
-23 + 0 = -23, 12 - 0 = 12, -34 - 0 = -34. Filosofinya : sesuatu yang
tidak benar-benar ada jika ditambahkan atau dihilangkan/dikurangkan dari
apapun yang telah bernilai tak akan merubah nilai itu.
Ini artinya adalah jika kita ingin
diperhitungkan dalam sebuah komunitas, maka kita harus bernilai untuk komunitas
itu.
Angka 0 dalam perkalian,
sebuah bilangan (positif atau negatif) jika dikalikan dengan 0 akan
menghasilkan 0. Misalnya 72 x 0 = 0, 0 x -56 = 0. Filosofinya : jika kita telah
memiliki sesuatu yang bernilai dan ingin menggandakan nilainya hindarilah
bertemu dengan sesuatu yang tidak bernilai, karena hanya akan menelan semua
nilai yang ada menjadi tiada.
Angka 0 dalam pembagian,
sebuah bilangan (positif atau negatif) jika dibagi dengan 0 maka hasilnya tidak
dapat didefinisikan. Misalnya 5 : 0 = tidak terdefinisi. Disini peran angka 0
benar-benar mencapai titik yang tidak terduga, dimana sebuah bilangan
yang pada awalnya bernilai akan menghasilkan sesuatu yang tidak hanya tak bernilai
namun justeru tak berarti (tidak didefinisikan).
Sifat penjumlahan dan perkalian angka
yang sama. Jika dalam perhitungan penjumlahan suatu bilangan yang sama, akan
menghasilkan bilangan yang lain untuk setiap bilangan kecuali 0. Ini merupakan
salah satu beda 0 dengan yang lainnya. Contohnya, misal dengan penjumlahan:
2 + 2 = 43 x 3 = 9 - 1 x (-1) = 1123 + 123 = 246. Sehingga
dari bilangan-bilangan di atas jika divariabelkan di dapat : x +
x = ya x a = b. Tapi bagaimana dengan angka 0, jika 0 + 0
= 0, maka : x + x = x ????? a x a = a ????? Filosofinya
dalam kehidupan sehari-hari adalah, tentang sosialisasi diri kita. Manusia
pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, jika kita tidak mempunyai sosialisasi
dengan orang lain yang tidak dapat saling membantu, maka kita akan sia-sia.
Kekurangan kita akan bisa tertutupi dengan orang yang bisa lebih atas
kekurangan kita. Itulah butuhnya untuk saling melengkapi.
Sifat pengurangan angka yang sama.
Setiap bilangan yang sama jika dikurangkan satu sama lain adalah 0. Contoh : 9
– 9 = 0, 5 – 5 = 0. Begitu pun dengan 0 – 0 = 0. Filosofinya, jangan meremehkan
seseorang yang kita anggap tidak ada gunanya, karena kita merasa lebih terhadap
orang lain. Tetapi jika kita sering berpikir begitu, kitalah yang akan menjadi
seseorang yang tak berguna itu, karena kelebihan kita belum tentu berguna bagi
orang lain.
Sifat pembagian angka yang sama dan 0
pangkat 0. Setiap bilangan yang sama jika dibagi dengan angka itu sendiri pasti
akan menghasilkan 1, kecuali 0, mengapa? Contoh: 87 : 87 = 1999 : 999 = 1-3 :
-3 = 1. Jadi disimpulkan, x : x = 1. Tetapi mengapa tidak berlaku dengan 0 : 0
= tak tentu, mengapa bukan 1? Karena untuk 0 x a = 0, untuk a setiap bilangan,
maka 0 : 0 = a, untuk a setiap bilangan, maka 0 : 0 adalah tak tentu, ini juga
sama halnya dengan 0 pangkat 0 dapat dijadikan dengan 0 : 0. Penjelasan : 00
= 01-1 = 01 x 0-1 = 01 / 01
= 0 : 0. Filosofinya bahwa kita perlu mempertimbangkan tujuan hidup kita,
pusatkan dengan 1 hasil yang ingin didapat, dengan planing dan usaha yang
seimbang. Jika tanpa adanya planing dan usaha, maka hasil tidak akan tercapai,
itulah yang membuat tujuan hidup terkadang tak tentu.
Arti penting letak 0. Dalam sebuah
bilangan asli, lambang bilangan 0 jika diletakkan pada sisi sebelah kanan
(bukan terletak di urutan paling depan) maka akan mempunyai nilai sesuai
letaknya, sedang jika diletakkan pada sisi paling kiri (urutan terdepan sebuah
bilangan) lambang bilangan 0 tak mempunyai arti apapun. Misalnya kita mempunyai
bilangan 999, jika pada sisi kanan kita tambahkan lambang bilangan 0 maka
nilainya menjadi 9990, lambang bilangan 0 mempunyai arti/nilai. Namun jika kita
letakkan di sisi paling kiri menjadi 0999, maka lambang bilangan 0 tak
mempunyai arti/nilai. Filosofi yang dapat kita ambil adalah bahwa sesuatu
yang tidak nyata-nyata ada, tidak akan bernilai apapun jika ditempatkan pada
posisi paling depan. Yang berhak menempati posisi terdepan adalah mereka yang
nyata-nyata mempunyai nilai. Jadi, jika kita ingin mencapai posisi terdepan
maka kita harus memiliki nilai.
Bilangan berpangkat 0 kecuali 0.
Angka sebesar apapun kalau di pangkatkan ”0” pasti hasilnya ”1” berarti gak
boleh ada angka yang sombong karena besarnya. 999.999.999 saja kalau
dipangkatkan ” 0 ” tetep jadi 1. Filosofinya, kita janganlah sombong dengan pangkat
yang dimiliki, walaupun pangkat kita setinggi-tingginya, apalagi pangkat tinggi
tanpa memiliki kemampuan apapun alias 0.
AL-QUR’AN DAN ILMU
MATEMATIKA
Ada petuah yang sangat berharga mengenai pentingnya penguasaan bahasa, yaitu
“jika ingin mengenal suatu bangsa, kuasailah bahasanya”. Petuah ini
mempunyai arti bahwa jika kita ingin mengenal, memahami, atau bahkan berdialog
dengan suatu bangsa, baik manusia maupun binatang, maka kuasailah bahasanya.
Jika kita ingin berdialog dengan orang Inggris, maka kuasailah dan gunakanlah
bahasa Inggris. Jika kita ingin berdialog dengan orang Malaysia, maka kuasailah
dan gunakanlah bahasa melayu. Jika kita ingin berdialog, mengerti, atau
memahami ayat-ayat Qualiyah, yaitu al-Qur’an, maka kuasailah bahasa Arab. Lalu,
jika kita ingin berdialog, mengerti, atau memahami ayat-ayat kauniyah, yaitu
alam semesta, jagad raya dan isinya, maka bahasa apa yang harus kita
kuasai? Bahasa apa yang harus kita gunakan untuk memahami? Jawabannya adalah MATEMATIKA.
Cobalah perhatikan tata surya.
Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan, serta planet-planet yang lain.
Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan bumi saat mengelilingi
matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain saat mengelilingi
matahari. Lintasannya berbentuk elip. Berdasarkan fakta ini, tidaklah salah
jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie mengatakan “Mathematics
is the language with wich God created the universe”. Melalui penelitian dan
penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta, ilmuwan pencetus Teori
Big Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti ungkapan Galilio dengan
mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan bahasa itu (Matematika)”.
Jika
kita melihat ke dalam Al-Qur’an, maka kita tidak akan terkejut atau mungkin
akan mengatakan bahwa ungkapan Galilio ataupun Hawking adalah basi. Sekitar 600
tahun sebelumnya, Al-Qur’an sudah menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan
secara matematis. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar ayat
49 berikut :
Artinya: Sesungguhnya kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Semua yang ada di alam ini ada
ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya.
Ahli matematika atau fisika
tidak membuat suatu rumus sedikitpun. Mereka hanya menemukan rumus atau
persamaan. Albert Einstein tidak membuat rumus e = mc2,
dia hanya menemukan dan menyimbolkannya. Rumus-rumus yang ada sekarang bukan
diciptakan manusia, tetapi sudah disediakan. Manusia hanya menemukan dan
menyimbolkan dalam bahasa matematika. Lihatlah bagaimana Archimedes menemukan
hitungan mengenai volume benda melalui media air. Hukum Archimedes itu sudah
ada sebelumnya, dan dialah yang menemukan pertama kali melalui hasil menelaah
dan membaca ketetapan Allah SWT.
Pada masa-masa mutakhir ini,
pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat
sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya mencari persamaan-persamaan
atau rumus-rumus yang berlaku pada suatu fenomena. Bahkan, wabah seperti demam
berdarah, malaria, tuberkolosis, bahkan flu burung ternyata mempunyai
aturan-aturan yang matematis. Sungguh, segala sesuatu telah diciptakan dengan
ukuran, perhitungan, rumus, atau persamaan tertentu yang sangat rapi dan
teliti.
Perhatikan Al-Qur’an surat
Al-Furqan ayat 2
Artinya: …. Dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya.
Mengamati dan menemukan
keteraturan, kecermatan, kerapian, dan ketelitian aturan atau hukum-hukum dalam
alam semesta, Albert Einstien dengan penuh ketakjuban mengatakan ”Tuhan
tidak sedang bermain dadu”. Tuhan tidak sedang main-main, tidak sedang
melakukan percobaan, tidak bermain peluang dalam menciptakan alam semesta.
Namun, ungkapan Einstien inipun sebenarnya juga basi, karena sekitar 1200 tahun
sebelumnya Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 16 menyatakan
Artinya: Dan tidaklah
Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Demikian juga dalam surat
Ad-Dukhan ayat 38 disebutkan
Artinya: Dan Kami
tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan
bermain-main.
Salah satu kegiatan matematika
adalah kalkulasi atau menghitung, sehingga tidak salah jika kemudian ada yang
menyebut matematika adalah ilmu hitung atau ilmu al-hisab. Dalam urusan
hitung menghitung ini, Allah SWT adalah ahlinya. Allah SWT sangat cepat dalam
menghitung dan sangat teliti. Kita perhatikan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
bahwa Allah SWT sangat cepat dalam membuat perhitungan dan sangat teliti. Dalam
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 62 disebutkan:
Artinya: Dan Dialah
pembuat perhitungan yang paling cepat.
Lalu, siapa yang dapat menghitung
dengan cepat kalau bukan ahli matematika? Siapa yang dapat menentukan
aturan-aturan, rumus-rumus, ukuran-ukuran, dan hukum-hukum jagad raya dengan
begitu telitinya kalau bukan ahli matematika? Lalu, kalau Allah SWT serba maha
dalam matematika, mengapa kita tidak mau mempelajarinya? Bagaimana kita memahami alam semesta yang menggunakan bahasa matematika
kalau kita tidak menguasai matematika?
Ada ayat dalam Al-Qur’an yang
secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk mempelajari matematika, yakni
berkenaan dengan masalah faraidh. Masalah faraidh adalah masalah
yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris
menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Qur’an. Untuk pembagian harta warisan
perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan,
berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima, dan berapa bagian yang berhak
diterima ahli waris.
Berkenaan dengan bagian yang
berhak diterima oleh ahli waris, Al-Qur’an menjelaskan dalam surat An Nisa’
ayat 11, 12, dan 176. Ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris
disebut furudhul muqaddarah.
Untuk dapat memahami dan dapat
melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka hal yang perlu dipahami
lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan dengan bilangan pecahan,
pecahan senilai, konsep keterbagian, faktor persekutuan terbesar (FPB),
kelipatan persekutan terkecil (KPK), dan konsep pengukuran yang meliputi
pengukuran luas, berat, dan volume. Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut
akan memudahkan untuk memahami masalah faraidh.
Diciptakannya matahari
dan bulan salah satunya adalah agar manusia dapat mengetahui perhitungan waktu,
sebagaimana firman Allah dalam QS Yunus ayat 5.
Artinya: Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.
Masalah penentuan awal waktu
shalat, awal bulan, awal tahun, pembuatan, bahkan arah kiblat secara tepat dan
akurat banyak memerlukan bantuan matematika. Sesuatu yang sungguh tidak masuk
akal adalah ketika ada seorang tokoh agama yang menetapkan awal waktu shalat
dengan rubu’ tetapi membenci matematika. Dia tidak mengerti bahwa
arti kata “rubu’” adalah seperempat, yaitu seperempat lingkaran. Dia
tidak mengerti bahwa rubu’ banyak melibatkan konsep trigonometri yang
merupakan materi matematika. Apakah tidak aneh jika orang telah menggunakan
matematika, tetapi menyatakan matematika ilmu kafir dan membencinya?
Jika umat Islam mau melihat ke
belakang, melihat kembali masa-masa kejayaan Islam dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, maka akan ditemui banyak tokoh-tokoh dari umat Islam yang telah
begitu berjasa bagi dunia modern sekarang. Banyak tokok dari kalangan Islam
yang telah memberikan sumbangan besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
termasuk matematika. Beberapa tokoh Islam yang terkenal sebagai matematikawan
muslim antara lain, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khwarizmi (atau
Al-Khwarizmi), Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Hasan Ibn Al-Haytham (atau Ibnu
Haytham), Abu Rayhan Muhammad Ibn Ahmad Al-Biruni (atau Al-Biruni), Ghiyath
Al-Din Abu’l Fath Umar Ibn Ibrahim Al-Khayyami (atau Umar Khayyam), dan
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Al-Hasan Al-Tusi (atau Al-Tusi).
Dalam sistem bilangan desimal
yang kita kenal sekarang, bilangan nol adalah sumbangan Al-Khwarizmi. Kata “zero”
untuk mengatakan nol tidak lain berasal dari bahasa Arab “sifr”. Kata “sifr”
mengalami perubahan secara terus menerus, yaitu cipher, zipher, zephirum,
zenero, cinero, dan banyak lagi lainnya sampai menjadi zero.
Kata “aljabar” tidak lain diambil dari nama kitab matematika “Al–Kitab
al-mukhtashar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah” karya
Al-Khwarizmi. Kata “algoritma” atau “logaritma” diambil dari nama Al-Khwarizmi.
Kata “Al-Khwarizmi” mengalami perubahan ke versi Latin menjadi “algorismi”,
“algorism”, dan akhirnya menjadi “algorithm”.
Pada sekitar abad 8 dan 9
Masehi, ilmu pengetahuan yang paling disukai umat Islam adalah matematika dan
astronomi. Aritmetika dipelajari oleh matematikawan muslim untuk menghitung
warisan dan pembuatan kalender Islam. Matematika atau geografi astronomi
diperlukan untuk menentukan arah kiblat. Astronomi juga diperlukan untuk
penentuan awal shalat, awal dan akhir puasa Ramadhan, serta hari raya umat
Islam. Pengetahuan mengenai posisi bintang sangat membantu dalam mengatur
petunjuk perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, kaum muslimin
menjelang abad 9 terkenal sebagai pengembang observatorium.
Telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa bahasa yang digunakan dalam matematika adalah bahasa simbol. Simbol dalam
matematika akan bermakna ketika suatu konteks dikaitkan kepadanya. Simbol dalam
matematika merupakan hasil abstraksi dari dunia nyata. Dengan demikian, suatu
simbol sebenarnya mewakili suatu objek baik objek nyata maupun objek abstrak
yang bersifat ide. Objek yang diwakili suatu simbol tidak selamanya harus
ditampilkan dalam bentuk konkretnya, tetapi dapat diwujudkan dalam bentuk
semikonkret, bentuk visualisasi, atau bentuk gambarnya.
Ketika suatu bahasa simbol
ditemukan tanpa diikuti objek yang diwakili, maka seseorang dapat memahami
sesuai objek yang dia berikan meskipun objek tersebut berbeda dengan objek
sebenarnya yang diwakili oleh simbol tersebut. Penentuan objek pada suatu
simbol sangat tergantung pada konteks atau sudut pandang atau bahkan tingkat
imajinasi orang yang membacanya. Tingkat imajinasi akan mempengaruhi variasi
objek yang dikaitkan dengan simbol dan akhirnya juga mempengaruhi visualisasi
dari simbol tersebut.
Berikut ini akan diberikan
contoh bagaimana memaknai bahasa simbol
x = 3 yang pada akhirnya dapat
memberikan gambaran dan analogi dalam khasanah pemikiran Islam, khususnya dalam
memahami Al-Qur’an.
Pertama, ketika menemukan simbol x = 3,
seseorang mungkin tidak dapat membacanya. Dia dapat melihatnya, tetapi tidak
dapat mengejanya. Dia tidak mengetahui bentuk-bentuk yang tertulis dalam simbol
tersebut. Jelas, orang ini tidak akan dapat memberikan makna pada simbol
tersebut.
Kedua, ketika menemukan simbol x = 3,
seseorang mungkin dapat membacanya, tetapi tidak mengetahui apa sebenarnya yang
ingin disampaikan simbol x = 3 tersebut. Dia mengetahui bentuk-bentuk
yang tertulis dalam simbol tersebut. Dia tahu huruf x, tanda =, dan
angka 3, tetapi tidak mengerti x apa dan 3 apa. Jelas, orang ini juga
tidak akan dapat memberikan makna pada simbol tersebut.
Ketiga, ketika
menemukan simbol x = 3, seseorang mungkin dapat membacanya, dan mulai
mengaitkan objek-objek pada bentuk-bentuk yang tertulis dalam simbol tersebut.
Dia mulai mengerti, dalam sudut pandang dan imajinasinya, bahwa ada objek
yang sama dengan 3. Entah objek apa dan 3 dalam satuan apa saja. Simbol “=”
dapat dimaknainya harga, jumlah, atau lainnya. Pada level ini, selain
dapat memaknai, seseorang umumnya dapat memberikan visualisasi.
Seseorang yang berpikir
matematis geometris dapat mengatakan x = 3 sebagai suatu titik pada
garis bilangan real (R). Orang ini hanya dapat mengatakannya sebagai
titik. Dia tidak dapat memaknai lebih dari itu, karena imajinasinya hanya pada
dimensi satu, yaitu R. Seseorang yang imajinasinya lebih tinggi dari
dimensi satu (R), yakni pada dimensi dua (R2),
tidak hanya dapat memaknai sebagai titik, tetapi juga dapat memaknainya sebagai
garis sejajar sumbu Y yang melalui titik (3,0).
Seseorang yang imajinasinya
lebih tinggi dari dimensi dua (R2), yakni pada dimensi tiga (R3),
tidak hanya dapat memaknai sebagai titik dan garis, tetapi juga dapat
memaknainya sebagai bidang sejajar sumbu Y dan sumbu Z yang
melalui titik (5,0,0).
Dalam matematika, level
imajinasi tidak hanya terbatas pada dimensi tiga, tetapi masih ada dimensi
empat, lima, bahkan dimensi takhingga. Jadi, semakin tinggi imajinasi
seseorang, maka semakin kompleks visualisasi yang dapat dibuatnya terhadap
suatu simbol. Visualisasi itu sendiri masih memerlukan pemaknaan tersendiri.
Pertanyaan mengenai apa yang dikehendaki simbol itu, akan berimplikasi pada
pertanyaan apa yang ada di balik visualisasi itu. Pemahaman pada visualisasi
pada akhirnya merupakan pemahaman pada simbol.
Ilustrasi pemaknaan terhadap
simbol x = 3 secara matematis geometris ini akan dianalogikan terhadap
penafsiran QS Al-Fajr ayat 3. Perhatikan QS Al-Fajr ayat 1-3 berikut.
Artinya: Demi fajar,
Dan demi malam yang 10. Dan demi yang genap dan
yang ganjil.
Ada apa dengan malam yang 10?
Ada apa dengan bilangan genap dan ganjil? Mengapa Allah sampai bersumpah demi
yang genap dan yang ganjil? Marilah kita lihat bagaimana penafsiran yang ada
mengenai QS Al-Fajr ayat 3.
Dalam tafsir Jalalain, kata “syaf’i”
hanya diartikan sebagai “berpasangan” dan kata “watr” diartikan
sebagai “sendirian” tanpa penjelasan lebih detail. Dalam tafsir Ibnu Katsir dan
tafsir Al-Qurthubi terdapat banyak penafsiran pada kata “syaf’i” dan
kata “watr” di antaranya
a. sebagai
hari arafah (tanggal 9) dan hari nahar (tanggal 10) bulan Dzul
Hijjah.
b. sebagai
shalat shubuh (2 rakaat) dan shalat maghrib (3 rakaat), atau bahkan shalat
fardhu keseluruhan. Ada yang berraka’at genap dan berraka’at ganjil.
c. sebagai
sumpah Allah SWT atas makhluk dan Dia sendiri. Syaf’i adalah makhluk dan
yang witr adalah Allah SWT. Allah SWT adalah witr, ganjil,
yaitu wahid (satu) sedangkan makhluk adalah syaf’i atau
berpasangan. Ada langit dan bumi, ada darat dan laut, barat dan timur, baik dan
jelek, pahit dan manis, tinggi dan pendek, dan lainnya. Semua ciptaan Allah SWT
adalah berpasangan sebagaimana disebutkan dalam QS Adz-Dzariyat ayat 49.
Artinya: Dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
Sekarang kita akan melihat
bagaimana kemungkinan seseorang akan memaknai dan memahami ayat tersebut secara
matematis geometris.
Pertama, seseorang tidak dapat membacanya. Jelas orang
ini tidak dapat memahaminya. Kedua, seseorang dapat membacanya, tetapi
tidak paham arti kata dalam bahasa tersebut. Orang ini juga tidak dapat
memahaminya. Ketiga, seseorang dapat membacanya dan mengerti arti kata
dalam bahasa tersebut. Orang ini mulai mengaitkan kata syaf’i dan watr
dengan objek tertentu. Seperti pada tafsir yang telah ada, mungkin dikaitkan
dengan objek nyata seperti bilangan, tanggal, dan jumlah raka’at, atau bahkan
objek abstrak lainnya. Pada level imajinasi tertentu, seseorang akan menemukan
visualisasi QS Al-Fajr ayat 3. Visualisasi yang dibuat berbentuk
segitiga sama sisi dengan angka 1 di puncak segitiga dan angka 2 bagian bawah.
Visualisai ini kemudian
memerlukan pemaknaan. Segitiga sama sisi tersebut dapat dipandang sebagai tanda
panah yang menunjuk ke atas. Seakan panah tersebut mengatakan, dari bawah ke
atas, dari 2 menuju 1, bukan dari 1 menuju 2. Pemaknaan ini sesuai dengan QS
Al-Fajr ayat 3 yang menyebut genap lebih dahulu, baru yang ganjil.
Mengapa genap dulu baru ganjil? Jika kemudian genap ditafsirkan “makhluk” yang
diciptakan “berpasangan” dan ganjil ditafsirkan “khaliq” yang “tunggal/ganjil”,
maka diperoleh makna bahwa untuk menuju yang ganjil, yang satu, yang wahid,
yaitu Allah SWT maka mulailah dengan mengenal yang genap, yang berpasangan,
yaitu makhluk (alam semesta dan isinya).
Pemaknaan ini sesuai dengan QS
Adz-Dzariyat ayat 49 yang menyatakan bahwa segala yang berpasangan adalah
sarana untuk mengingat kekuasaan Allah SWT. Bahkan dalam suatu hadits disebutkan
bahwa “berpikirlah tentang ciptaan Allah SWT, jangan berpikir tentang dzat
Allah SWT”. Artinya, bahwa untuk mengenal Allah SWT sarananya adalah dengan
mengenal dan mempelajari ciptaan-Nya, yaitu dengan mengenal dan mempelajari
alam semesta. Lalu mengapa segitiga sama sisi, bukan yang lain? Pertama perlu
diingat kembali stempel kenabian Muhammad SAW yang memuat bangun segitiga sama
sisi. Kedua, segitiga sama sisi menunjukkan keseimbangan dalam ukuran. Segala
ciptaan Allah SWT adalah seimbang, teratur, dan disusun serapi-rapinya.
Perhatikan QS Al-Mulk ayat 3.
Artinya: Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Demikianlah salah satu penafsiran Al-Qur’an
menggunakan pendekatan matematis geometris, yang tidak bertentangan dengan
tafsir-tafsir yang telah ada baik di dalam tafsir Jalalain, Ibnu Katsir, maupun
Al-Qurthubi. Bahkan pendekatan matematis ini memberikan penjelasan yang
lebih dalam.
INDAHNYA MATEMATIKA
Matematika
merupakan bidang studi yang amat berguna dan banyak memberi bantuan dalam
mempelajari berbagai disiplin ilmu yang lain. Tapi kenyataannya,
matematika sering kali disalah artikan oleh sebagian kaum pelajar, terkadang
mata pelajaran ini dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak menyenangkan.
Kenyataan ini malah menjadi suatu kebencian terhadap apa saja yang berhubungan
dengan matematika dan sebagian masyarakat ada yang menganggap bahwa matematika
kurang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat serta tidak jarang pula timbul
pertanyaan bahwa apa sebenarnya manfaat matematika dalam kehidupan
sehari-hari?. Namun tanpa disadari oleh banyak kalangan pelajar dan juga oleh
kalangan masyarakat bahwa matematika memiliki manfaat yang luar biasa dalam
kehidupan manusia.
Membahas mengenai manfaat Matematika
dalam kehidupan sehari-hari, mengingatkan kita yang mungkin sebagai guru atau
orang tua saat ada pertanyaan yang terlontar dari anak dengan wajah polosnya.
“Apa manfaat Matematika dalam kehidupan kita sehari-hari?” Mereka belum tahu
betapa pentingnya Matematika yang merupakan dasar dari segala ilmu. Selanjutnya,
penerapan Matematika untuk kehidupan kita sehari-hari akan dikupas sebagai
berikut.
Operasi Matematika (Kalkulus) di Bidang Kedokteran
Matematika berperan dalam menghitung
volume kanker dan koordinat-koordinatnya dengan penerapan kalkulus (bisa
integral cakram, cincin, lipat 2, bahkan lipat 3), karena umumnya sel kanker
tidak mungkin bebentuk prisma, tabung, kerucut atau limas yang mudah sekali
dihitung volumenya. Pasca itu dokter spesialis onkologi radiasi akan menghitung
persamaan intensitas laser yang digunakan (salah hitung bisa bahaya, misal
kasus pada kanker payudara, kalau salah beberapa mm saja, atau intensitasnya
kelebihan sedikit ada peluang lasernya terkena jantung, kalau intensitas
kurang, sel kanker mungkin bisa jadi kebal).
Operasi Trigonometri dalam berbagai bidang
Pada bidang teknik sipil, astronomi,
ilmu perbintangan dan konstruksi bangunan sangat terbantu oleh hadirnya
trigonometri.
a) Aplikasi
Trigononometri Pada Ilmu Astronomi
Trigonometri sangat besar manfaatnya
dalam ilmu astronomi, karena ukuran benda-benda langit tidak mungkin diukur
pakai penggaris, pasti dihitung dengan bermain skala-skala dan sudut-sudut,
sehingga dapat diestimasi ukurannya secara akurat. Rumus trigonometri sudut
ganda digunakan untuk nilai-nilai ukuran sisi akibat sudut-sudut yang tidak
istimewa.
b) Aplikasi
Trigonometri pada Geografi dan Navigasi
Tabel trigonometri diciptakan lebih
dari dua ribu tahun yang lalu untuk perhitungan dalam astronomi.
Bintang-bintang dianggap tetap pada bola kristal dengan ukuran besar, dan model
yang sempurna untuk tujuan praktis. Hanya planet berpindah bola. (Pada saat itu
ada tujuh planet yang diakui: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, bulan,
dan matahari Mereka adalah planet-planet yang kita beri nama hari-hari kami
dalam seminggu sesudah Bumi tersebut belum dianggap sebagai sebuah planet karena
itu adalah pusat alam semesta, dan planet-planet luar tidak ditemukan kemudian)
jenis trigonometri yang diperlukan untuk memahami posisi pada bola disebut
trigonometri bola. Trigonometri bola jarang diajarkan sekarang karena tugasnya
telah diambil alih oleh aljabar linear.
c. Aplikasi
matematika (trigonometri) pada teknik sipil
Seorang insinyur sipil hendaknya
memiliki kemampuan untuk melakukan pembangunan di medan yang tidak biasa (miring,
lautan dan lain-lain). Insinyur sipil dibantu seorang surveyor. Tugas surveyor
untuk melakukan pengamatan terhadap sistem geometris tanah yang kompleks
(apalagi jika pembangunan akan dilakukan di laut). Selain di bidang ilmu
astronomi, trigonometri juga sangat erat kaitannya dengan pekerjaan seorang
surveyor (ahli ilmu ukur tanah). Hasil pengukuran tanah yang diperoleh antara
lain digunakan untuk membuat peta topografi dari bumi untuk menentukan luas
wilayah suatu daerah.
Aplikasi Matematika (Peluang) pada ilmu Ekonomi
Aplikasi metematika pada bidang ekonomi
yang ingin saya bahas kali ini adalah ilmu peluang, dengan ilmu ini kita
belajar menghitung peluang di berbagai kasus asuransi, ilmu yang membahas
tentang ini disebut aktuaria, dan ahlinya disebut aktuaris.
Operasi
matematika (Program Linear) pada Ilmu Manajemen
Jika di SMA dipelajari tentang program
linier, maka di tingkat perguruan tinggi ada cabang yang lebih luas,
yaitu riset operasi. Mungkin sering mendengar kata “manajer
operasional suatu perusahaan”. Manajer operasional bertugas melakukan manajemen
terhadap kegiatan-kegiatan operasional. Manajemen operasi, adalah suatu
cabang dari matematika terapan yang cenderung interdisipliner.
Operasi
Matematika (Kombinatorika) pada Ilmu Pemrograman
Dalam matematika teori permainan
mengalami perkembangan super pesat pasca John Nash Meraih Nobel pada 1994,
beliau mencipatakan model matematika sistem otaomasi yang akhirnya
begitu berkembang saat ini. Karya beliau memberikan inspirasi baru bagi dunia
game yang akhirnya lahirlah Winning Eleven, oleh perusahan elektronik raksasa
Jepang, SONY.
Aljabar
di dalam Berbagai Bidang
1. Penerapan
Aljabar bagi peserta didik
Tentu saja, manfaat Aljabar bagi para
pelajar adalah agar nilai ulangan Matematika tidak jatuh saat diberi soal
Aljabar. Dan sebagai tambahan nilai untuk nilai kelulusan. Selain itu, manfaat
Aljabar yang sering diterapkan siswa adalah untuk memanajemen uang saku yang
diberikan orang tua tiap minggu. Contoh penerapan aljabar dalam hal ini sebagai
berikut:
Misalnya, uang saku kita sebesar Rp
70.000,00 setiap minggu. Karena setiap hari Selasa dan Rabu ada pelajaran
tambahan, serta hari Jumat ada kegiatan ekstra kurikuler pada pukul 14.20 WIB
sedangkan setelah pulang sekolah kita tidak pulang dahulu (langsung lanjut
belajar tambahan) maka dibutuhkan uang makan + uang jajan sebesar Rp 10.000,00.
Nah, kita kebingungan menentukan uang saku setiap hari selain Selasa, Rabu, dan
Jum’at selama satu minggu jika dalam satu minggu itu kita ingin menabung uang
sebesar Rp 25.000,00. Dengan bantuan aljabar kita dapat menentukan uang saku
kita per hari.
Cara
mengerjakan menggunakan Aljabar:
Anggap saja uang saku per hari (selain
Selasa, Rabu, dan Jumat karena sudah ada jatahnya, yaitu Rp 10.000,00) adalah
x. Maka,
Rp 70.000 = (uang saku 1 minggu)
Rp 25.000 = (uang tabungan selama 1
minggu)
⇔ 70.000 – 25.000 = (3 X 10.000) + 1(6x
-3x)
Rp 45.000 = Rp 30.000 + 1(3x)
Rp 45.000 = Rp 30.000 + 3x ⇔ Rp 45.000 – Rp 30.000 = 3x
Rp 15.000 = 3x
x = Rp 15.000/3
x = Rp 5.000
Mengapa (3 X 10.000)? 3 berasal dari
Hari Selasa, Rabu, dan Jumat dalam satu Minggu. Berarti kan ada 3 hari.
Mengapa 1(6x – 3x)? 1 berasal dari 1
minggu sedangkan 6x – 3x berasal dari 6 hari dalam satu Minggu kecuali Minggu
karena libur, dikurangi 3 hari (Selasa, Rabu, dan Jumat karena telah dijatah)
Jadi, uang saku per hari yang kita
gunakan selain Selasa, Rabu, dan Jumat (sekali lagi karena telah dijatah) dan
selain Minggu (karena libur) maksimal sebesar Rp 5.000,00. Tidak boleh lebih
tetapi boleh kurang (hehe, sebagai tambahan tabungan). Boleh lebih tetapi harus
konsekuen, yaitu mengurangi jatah uang saku di hari berikutnya. Intinya silakan
diatur sendiri ya uang saku dari ortu, latihan jadi menteri keuangan untuk diri
sendiri
2. Penerapan
Aljabar bagi Ibu Rumah Tangga
Manfaat aplikasi Aljabar bagi Ibu Rumah
Tangga adalah untuk memanajemen uang gaji, uang saku anak, uang sekolah anak,
dll. Contoh memanajemen uang bagi Ibu Rumah Tangga adalah sebagai berikut:
Seorang Ibu setiap bulan mendapat gaji
sebesar Rp 2.000.000,00. Ia diberi uang tambahan dari suaminya sebesar Rp 4.000.000,00
per bulan. Dibutuhkan Rp 1.000.000,00 untuk uang belanja per bulan. Uang
kesehatan Rp 500.000,00 dan uang sekolah total dari ke-2 anaknya sebesar Rp 3.000.000,00.
Sang Ibu bingung, berapa uang sakuperorangan yang harus ia berikan
untuk kedua anaknya tiap minggu tetapi uang per bulannya harus masih tersisa Rp
1.000.000,00 untuk ditabung. Jika Ibu itu pintar Aljabar maka Ibu itu dapat
menentukan uang saku tersebut secara tepat, tapi jika tidak? “Hemm…
silakan dibayangkan sendiri sesuai imajinasi masing-masing ya…!!!
Cara
mengerjakan menggunakan Aljabar:
Kita anggap uang saku setiap anak per
minggu sebagai x
(2.000.000 + 4.000.000) – 1.000.000 =
1.000.000 + 500.000 + 3.000.000 + (4 · 2x)
6.000.000 – 1.000.000 = 4.500.000 +
(8x)
5.000.000 = 4.500.000 + 8x
5.000.000 – 4.500.000 = 8x
500.000 = 8x
x = 500.000/8
x = 62.500
Mengapa (4 · 2x) karena 1 bulan = 4
minggu dan 2x itu adalah uang saku 2 orang anak.
Jadi, uang saku setiap anak dalam waktu
seminggu adalah Rp 62.500,00. Dengan matematika dan sistem Aljabar, cukup simpel
kan?
3. Penerapan
Aljabar bagi para Pedagang.
Aljabar dapat membantu pedagang untuk
menghitung besar kecil keuntungan atau kerugian yang dapat diperolehnya, dan
dapat menentukan besar modal yang dibutuhkan. Contoh penerapan Aljabar dalam
kehidupan pedagang adalah sebagai berikut:
Seorang pedagang pempek membeli 5 kg
ikan giling dengan harga Rp. 60.000,00. Dengan 5 kg ikan giling tersebut dapat
dibuat menjadi 10 buah pempek kapal selam. Pedagang itu ingin laba tiap pempek
tersebut sebesar Rp. 2.000,00. Maka berapa harga jualnya? Jika pedagang itu
pandai Matematika, pasti akan mudah mengetahuinya, sebaliknya, jika tidak, apa
yang akan terjadi? “Bisa dibayangkan sendiri segala kemungkinan yang akan
terjadi dalam angan masing-masing…!!!
Cara mengerjakan menggunakan sistem Aljabar:
Kita anggap harga jual pempek itu
sebagai x.
Maka diperoleh:
x = (60.000/10) + 2.000
x = 6.000 + 2.000
x = 8.000
Jadi, harga jual yang bisa diterapkan
agar laba satu pempek Rp. 2.000 adalah sebesar Rp. 8.000,00. Dengan Matematika
dan aplikasi Aljabar, sangat simpel kan?
Indonesia
kurang maju karena matematikanya rendah. Problemnya, begitu kita mendengar
matematika, kita selalu membayangkan hitungan yang rumit dan membuat pusing.
Padahal, matematika adalah mengenai bahasa. Bahasa universal alam semesta yang
di bentuk menjadi gramatika dan notasi-notasi. Matematika, dimanapun berada
tetaplah dalam bentuknya yang matematika. Semua orang di seluruh dunia akan
sepakat dan mengerti kalau 1+1=2 dalam konteks bilangan sepuluh (desimal). Akan
tetapi matematika sebenarnya bukan kepastian! Sebab, dalam konteks bilangan
biner 1+1=0 bukan 2. Jadi, matematika sebenarnya adalah tentang kesepakatan,
matematika adalah sebuah bahasa yang disepakati bersama.
Matematika juga mengajarkan mengenai
logika kita, tentang konsistensi cara berpikir kita. Tak ada pelajaran terbaik
untuk mengajarkan logika berpikir ini selain matematika. Logika berpikir akan
berpengaruh besar terhadap kehidupan. Seseorang yang memiliki logika berpikir
baik, maka dia akan cerdas menjalani kehidupannya. Seorang yang memiliki logika
berpikir terasah, maka seharusnya dia bisa menjadi pemusik yang baik apabila
diberikan ilmu musik; menjadi ahli sastra yang baik apabila diajarkan ilmu
berbahasa yang baik, dan menjadi insinyur yang baik apabila diberi ilmu
bangunan dsb.
Matematika ditempatkan oleh pandangan
sains secara konvensional sebagai sebuah cabang pengetahuan di mana logika
diutamakan dan tidak melibatkan emosi, yang menunjukkan bahwa ini sesuatu yang
prinsifil. Kebenaran adalah suatu kepastian dan matematika adalah suatu yang
benar karena merupakan ilmu pasti.
Setiap sains mencari kepastian dan
persetujuan matematis, bahkan Al-Quran juga menjelaskannya, bagaimana Allah
menciptakan segala sesuatu dengan ukuran dan kadarnya. Ini membuktikan bahwa
sesuatu ciptaan Allah di alam semesta diatur dengan matematika. Newton
memperbaiki hasil yang dicapai Kepler dan Galileo, memberikan keakuratan dan
membuktikan bahwa alam semesta yang bersifat materi ini dapat dijelaskan dengan
matematika.
Pada dasarnya dalam matematika kita
bisa mencari bentuk-bentuk bahasa persamaan baru yang dapat menyederhanakan
kehidupan. Alam semesta yang rumit misalnya, dapat di ketahui hukum-hukumnya
dengan matematika. Teori relativitas yang membahas mengenai alam semesta dalam
lingkup yang sangat besar seperti: galaksi, bintang-bintang, black
hole, quasar dsb, didalamnya mengkaji hubungan energi, massa,
kecepatan cahaya dll ternyata mampu dijelaskan Einstein secara matematis hanya
sebagai E=mc2. Rumus yang sangat sederhana apabila diketahui betapa
rumit dan banyak makna didalamnya. Maka, matematika adalah kemampuan menangkap
pola dari sesuatu yang tidak terpola. Singkatnya, matematika justru
menyederhanakan sesuatu, bukan membuatnya rumit.
Bahasa matematika yang kita anggap
kurang bermanfaat dalam kehidupan ini, justru yang mengubah peradaban manusia.
Dalam sejarah sejak zaman dahulu, rumus matematis terlebih dulu diketahui
diatas kertas. Kemudian, bagi orang yang memahaminya akan diubah menjadi suatu
teknologi yang digunakan untuk kemaslahatan peradaban manusia. Mobil,
telepon genggam, televisi, komputer dsb adalah produk-produk yang membutuhkan
matematika didalamnya. Maka, bagi Indonesia mustahil dapat masuk ke bidang-bidang
tersebut apabila manusianya masih tidak berminat dan buta dengan
matematika. Kita selamanya akan jatuh menjadi konsumen dengan menyukai
budaya hidup yang instan. Kita akan tetap terjajah oleh mereka, entah itu
secara ekonomi ataupun dalam bidang-bidang lainnya dibandingkan dengan
orang-orang lain yang lebih paham matematika.
Kitapun dapat memahami kehidupan dengan
memaknai matematika. Pernakah Anda berpikir mengapa POSITIF
dikali POSITIF
hasilnya POSITIF
( + x + = + )? Mengapa NEGATIF
dikali POSITIF
atau sebaliknya hasilnya NEGATIF
( – x + = – )? Mengapa NEGATIF
dikali NEGATIF
hasilnya POSITIF
(– x – = + )?
Hikmah yang bisa dipetik dari rumus
diatas adalah bahwa jika
POSITIF
= BENAR
dan NEGATIF
= SALAH,
maka:
Mengatakan BENAR
terhadap sesuatu hal yang BENAR
adalah suatu tindakan yang BENAR.
Mengatakan BENAR
terhadap sesuatu hal yang SALAH
adalah suatu tindakan yang SALAH.
Mengatakan SALAH
terhadap sesuatu hal yang SALAH
adalah suatu tindakan yang BENAR.
Pelajaran matematika ini ternyata sarat
makna, dimana kebenarannya yang pasti bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup
yang hakiki. Selanjutnya dalam matematika, pembagian adalah sebagai berikut:
1 : 1 = 1
1 : 2 = 0,5
1 : 10 = 0,01
1 : 100 = 0,001
1 : 0 = Tak terhingga
Dengan demikian, jika kita melakukan
perbuatan baik seperti sedekah, misalnya. Kemudian kita mengharapkan balasan
atas perbuatan itu, maka semakin banyak kita berharap, hasilnya akan semakin
kecil. Tetapi ketika kita melakukannya dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan
apapun atau 1 : 0, maka hasilnya akan “Tak Terhingga”. Ini berarti Allah SWT
akan memberikan balasan atas keikhlasan kita dengan balasan tak terhingga
disertai dengan keberkahanNya.
Tatkala engkau memperbaiki niatmu, saat
itulah Allah akan memperbaiki keadaanmu. Ketika engkau menginginkan kebaikan
untuk orang lain, maka kebaikan itu datang kepadamu dari arah yang tidak engkau
kira. Disaat kita hidup untuk membuat orang lain bahagia, Allah akan menjadikan
orang lain membahagiakan kita. Oleh karena itu carilah selalu celah untuk
senantiasa “memberi”, bukan “mengambil”. Setiap kali engkau memberi, maka
disaat itulah engkau diberi (oleh Allah), tanpa engkau meminta.
Ustad Yusuf Mansur selalu mengajarkan
kepada kita mengenai matematika sedekah. Dimana orang yang ikhlas bersedekah
dijalan Allah dengan harta yang baik justru tidak jatuh miskin, melainkan
menjadi semakin kaya. Ini seperti janji Allah yang tertera dalam
Al-Quran: “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka
dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”(QS. Al An’aam : 160)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 2 : 261)
Selain itu, inti dari matematika adalah
mencari persamaan, tidak ada dalam matematika mencari perbedaan. Adapun tentang
pertidaksamaan itu hanya pengecualian sebagai bahan untuk memahami lebih lanjut
mengenai persamaan. Maka dalam kehidupan sehari-hari kita dihubungkan dengan
berbagai macam perbedaan. Ada ras yang berbeda, suku yang berbeda, budaya yang
berbeda dsb. Mari kita berfikir matematika dengan lebih mencari persamaan
diantaranya, dan bukan mencari perbedaan, adapun perbedaan adalah sebagai
pelajaran mencapai kebersamaan. Semoga kita bisa hidup rukun dengan harmoni
alam semesta.
Hiduplah setiap hari dengan matematika
kehidupan. Mengalikan (x) kegembiraan, mengurangi (-) kesedihan, menambahkan
(+) semangat, membagi (÷) kebahagiaan, dan mengkuadratkan cinta dan kasih
sayang antar sesama.
Mari berpikir matematika, matematika
bukan sebagai hitung-hitungan tetapi sebagai bahasa. Sebagai bahasa dalam
kehidupan, bahasa alam semesta. Orkestrasi dari seluruh konsep yang diturunkan
Allah SWT kepada manusia untuk memahami dan mengagumi segala ciptaan-Nya.
BELAJAR
MATEMATIKA MENURUT SISWA KELAS XII.IPA SMAN 4 LAIS 2018/2019
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Alamat
Cita-cita
Motto
Kesan
|
:
:
:
:
:
:
|
JEKAL
Tanjung Agung Timur, 06 Juni 2001
Tanjung Agung Timur
Polisi
Sukses Butuh Proses
Kesan saya selama tiga tahun belajar
matematika adalah pusing dan bahagia, pusingnya ketika bapak menjelaskan
|
|
Pesan
|
:
|
rumus dan bahagianya ketika bapak
bercanda dengan kami setelah kami pusing belajar matematika.
Pesan saya tidak banyak karena hanya
kurang dari bapak adalah komunikasi terhadap murid dalam mengajar.
|
|
Kesan dan pesan yang bagus sekali,
terimakasih Jekal sudah mau dan aktif belajar matematika. Komunikasi dalam
proses belajar mengajar memang sangat diperlukan, oleh karena itu keaktifan
siswa pun sangat diharapkan. Misalnya, jika materi pelajaran matematika sudah
dibahas bersama, maka anak didik harus mengajukan suatu pertanyaan mengenai
materi yang sudah disampaikan. Dengan demikian sebagai guru matematika saya
akan menjawab dan menjelaskan apa yang sudah ditanyakan oleh peserta didik
tersebut dan dapat diperhatikan oleh peserta didik yang lainnya juga. Bagi
peserta didik yang tidak bertanya berarti mereka sudah paham dan bisa
menerima materi pelajaran yang sudah saya sampaikan.
|
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Alamat
Cita-cita
Motto
|
:
:
:
:
:
|
JULIA
TRIANI
Gardu Harapan, 27 Juli 2001
Jl. Pertamina Gardu Harapan
Dokter Umum
Jangan biarkan orang lain yang
memutuskan apa yang baik untuk hidupmu, karena yang tahu apa yang terbaik
adalah kamu.
|
|
Kesan
Pesan
|
:
:
|
Bapak selalu mengingatkan bahwa
pentingnya kedisiplinan dan mencontohkan akhlak yang baik.
Teruslah mencoba karena buah usaha
tidak pernah mengecewakan
|
|
Kesan dan pesan yang bagus sekali,
terimakasih Julia sudah mau dan aktif belajar matematika. Nasihat dan
motivasi memang saya harus wajib menyampaikannya kepada anak didik saya
karena itulah jiwa seorang pendidik yang sesungguhnya terlepas dari
memberikan ilmu pengetahuan, akhlak dan budi pekerti wajib harus ditanamkan
oleh setiap individu. Agar suatu saat nanti kalian akan menjadi orang yang
sukses dan memiliki tata krama dan sopan santun dimana dan kapan pun berada.
|
Komentar
Posting Komentar